Qalbu yang Suci Untuk Memaknai Kitab Suci

Qalbu yang Suci Untuk Memaknai Kitab Suci


Teodisi.com : Manusia merupakan salah satu dari sekian banyaknya makhluk ciptaan Allah. Dimana hanya manusialah yang dianugerahkan pemahaman olehNya. Kemudian dengan pemahaman itulah manusia dapat memilih ingin berjalan di jalan benar atau jalan yang salah.

"Dan Kami telah menunjukkan kepadanya dua jalan (kebajikan dan kejahatan)." (Al-Balad ayat 10)
Qalbu yang Suci Untuk Memaknai Kitab Suci

Tentu saja mayoritas orang ingin berjalan di jalan yang benar. Namun untuk menempuhnya terlebih dahulu manusia harus memaksimalkan potensi tiga sarana yang Allah titipkan kepadanya untuk memahami petunjuk yang benar, yakni Al-Qur'an. Karena jika manusia enggan untuk memaksimalkan potensinya, maka ganjarannya ialah neraka jahannam.

"Dan sungguh, akan Kami isi Neraka Jahanam banyak dari kalangan jin dan manusia. Mereka memiliki qalbu, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka memiliki mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengarkan (ayat-ayat Allah). Mereka seperti hewan ternak, bahkan lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lengah." (Al-A'raf ayat 179)

Jelas pada ayat di atas, Allah menegaskan bahwasanya isi neraka jahannam ialah Jin dan Manusia yang tidak memaksimalkan fungsi ketiga sarananya. Bahkan derajatnya lebih rendah daripada hewan ternak.


Dalam terjemahan Al-Qur'an berbahasa Indonesia kata qalbu kerap diartikan dengan hati. Secara biologis hati (liver) merupakan organ tubuh yang berfungsi membersihkan darah dari senyawa berbahaya. Namun ada juga yang mengartikan qalbu dengan hati non-biologis, bahwasanya hati yang dimaksud bersifat batiniyah tak terlihat.

Namun mengartikan qalbu dengan hati adalah sesuatu yang tidak ilmiah karena menjadikan qalbu manusia kehilangan objeknya. Jika anda tanyakan kepada orang-orang dimana letak hati itu maka pasti jawabannya akan sangat beragam, ada yang menunjuk ke dada tengah, jantung, atau liver.

Terlebih lagi pada ketiga organ tersebut, tidak ada satupun yang mempunyai fungsi "memahami". Satu-satunya organ tubuh manusia yang memiliki fungsi tersebut ialah otak (akal). Maka dari itu akan terdengar logis jika kata quluubul (qalbu) pada ayat sebelumnya diartikan sebagai akal.


Masalah qalbu ini juga pernah ditegaskan oleh Rasulullah Muhammad dalam sabdanya: "Ala wa inna fil jasadi mudhghatan, idza shalahat shalahal jasadu kulluhu, wa idza fasadat fasadal jasadu kulluhu, ala wahiyal qalbu". Yang berarti "Ketahuilah bahwasanya pada tubuh (manusia) ada segumpal organ lunak, jika organ lunak itu baik, akan baiklah seluruh anggota tubuhnya. Namun, jika ia rusak maka akan rusak pula seluruh anggota tubuhnya. Ketahuilah bahwasanya organ lunak itu adalah qalbu."

Sabda ini sekali lagi menegaskan posisi penting qalbu dalam tubuh manusia. Qalbu adalah organ tubuh yang megendalikan seluruh anggota tubuh manusia. Sudah sangat jelas bahwa yang dimaksud dengan qalbu adalah otak manusia, bukan liver, jantung, atau dada manusia.

Jadi untuk berjalan di jalan Allah, terlebih dahulu kita mesti memaksimalkan potensi akal (Otak) untuk memahami ayat-ayat Allah yang disematkan pada Al-Qur'an (tertulis) dan alam Semesta (tidak tertulis).


Al-Qur'an adalah sesuatu yang harus dipelajari dan dipahami hingga betul-betul masuk ke dalam memori qalbu manusia dan berubah menjadi sebuah daya ingat dan daya pikir dalam menjalankan semua perintah Allah dan menjauhi semua laranganNya.

Keimanan tidak bisa didasarkan pada perasaan subjektif seseorang, tanpa melalui proses transformasi pemahaman wahyu ke dalam qalbu . Suatu ketika, Rasulullah Muhammad menolak pengakuan iman dari orang-orang Arab karena iman mereka baru sebatas lisan, belum bersemayam di dalam qalbunya.

"Orang-orang Arab itu berkata, "Kami telah beriman." Katakanlah (kepada mereka), "Kamu belum beriman, tetapi katakanlah "Kami telah tunduk (Islam)," karena iman belum masuk ke dalam qalbumu. Dan jika kamu taat kepada Allah dan Rasul-Nya, Dia tidak akan mengurangi sedikit pun ganjaran perbuatanmu. Sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang. (Al-Hujurat 49 ayat 14)

Dalam Islam, setiap manusia terlahir ke dunia dalam kondisi fitrah seperti kertas putih yang masih bersih, tidak berilmu sedikit pun apalagi beriman.

"Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun, dan Dia memberimu pendengaran, penglihatan, dan qalbu (akal), agar kamu bersyukur."(An-Nahl ayat 78)

Walaupun hal itu benar adanya, tetapi tentu saja Allah memberi potensi kepada manusia, baik potensi fisik maupun batin untuk belajar mengembangkan ilmu pengetahuan serta kreativitas demi kemaslahatan umat manusia.

Karena manusia adalah makhluk yang berakal, berpikir rasional maka Allah memberi Al-Quran sebagai Kitab Kebenaran yang bersifat ilmiah (rasional) bukan kitab dongeng (irasional). Bagaimanapun, untuk bisa memahami petunjuk Al-Qur'an dengan benar, langkah pertama yang harus dilakukan adalah dengan memaksimalkan akal pikiran.


Penulis: Abim
Editor: Harun Ester

Posting Komentar

Post a Comment (0)

Lebih baru Lebih lama

Saran dan Masukan